1. Hama dan Penanggulangannya. Beberapa macam hama yang sering dijumpai pada tanaman tebu adalah penggerek pucuk, pengerek batang, kutu bulu putih, tikus, uret, dan babi hutan.
a. Penggerek pucuk: Hama ini berupa ulat yang menyerang pucuk tanaman sehingga mematikan titik tumbuh. Usaha pemberantasannya menggunakan insektisida carbofulan yang dapat diberikan dengan suntikan atau taburan.
b. Penggerek batang: Hama berupa ulat ini merusak ruas-ruas batang tebu sehingga pada serangan yang parah dapat merobohkan tanaman. Usaha pengendaliannya dapat dilakukan secara hayati dengan menggunakan parasit karawai Trichograma spp., dan parasit lalat Diatraeophaga striatalis.
c. Kutu bulu putih: Pada daun-daun yang mulai Nampak ada kutu bulu putih segera dipangkas, dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk dimusnahkan atau dibakar. Pada serangan yang sudah luas, pemberantasannya dapat menggunakan parasit Encarsia flavosculetan atau menggunakan insektisida sistemik misalnya fornation 825 gr/ha atau dimetroat 1000 gr/ha.
d. Uret: Hama ini menyerang akar dan pangkal tanaman tebu. Tanaman yang terserang menampakkan gejala kelayuan daun. Pemberantasan uret dengan insektisida disarankan menggunakan carbofuran 3% sebanyak 50 kg/ha. Penggunaan insektisida yang mengandung senyawa BHC hanya diperbolehkan pada lahan yang tidak ditanami tanaman pangan. Disamping secara kimiawi, pengendalian hama uret dapat dilakukan secara mekanis dengan cara mengumpulkan uret dan imagonya. Penangkapan imago harus dilakukan sebelum imago sempat kawin. Berdasarkan siklus kehidupan uret, penangkapan imago dapat dilaksanakan pada bulan Oktober hingga Desember. Di daerah dengan serangan hama uret kuat, dianjurkan penggunaan insektisida yang berformulasi "slow release", antara lain dursban 14 S sebanyak 28 kg/ha yang diberikan di dasar juringan sebelum tebu ditanam. Insektisida ini dapat mengendalikan uret selama tiga tahun tanpa merusak perakaran tebunya.
e. Tikus: Serangan tikus di daerah-daerah tertentu terjadi hanpir setiap tahun, sehingga kemungkinan kerugian sangat besar. Pada daerah-daerah yang berbatasan dengan sawah perlu adanya kerjasama dengan petani padi untuk mengamati adanya serangan tikus pada tanaman padi. Segera setelah panen, dilakukan gropyokan dan pengasapan pada lubang-lubang persembunyian maupun pemasangan umpan beracun.
2. Penyakit dan Penanggulangannya. Beberapa penyakit yang biasa menyerang tanaman tebu antara lain penyakit mosaik, penyakit pembuluh, luka api (smut), blendok, dan pokahbung.
a. Penyakit mosaik: Penyebab adalah virus mosaik. Tanda-tanda penyakit ini yaitu pada daun terdapat gambaran mosaic berupa garis-garis dan noda-noda berwarna hijau muda sampai kuning. Cara pencegahan yang dilakukan selama ini adalah dengan menggunakan bibit terseleksi yang berasal dari tanaman sehat dan varietas tebu yang tahan terhadap penyakit mosaic seperti Ps 56, F 154, F 156, atau M 442-51.
b. Penyakit pembuluh: Penyebab adalah bakteri Clavibacter xylisubsp xvli. Tanaman yang terserang menampakkan gejala pertumbuhan yang kurang sempurna terutama tanaman keprasan tampak kerdil. Gejala yang khas yaitu terlihat warna jingga kemerah-merahan pada berkas-berkas pembuluh batang tebu menjelang masaknya tebu. Cara pencegahan penyakit ini antara lain dengan melakukan desinfeksi alat pemotong tebu dengan lisol 20%, penanaman dengan menggunakan bibit sehat yang diperoleh dengan perawatan air panas terhadap bibit tebu pada suhu 50°C selama 2-3 jam.
c. Penyakit luka api (smut): Penyebabnya adalah Ustilago scitamiea Syd. Gejala penyakit ini timbulnya cambuk hitam pada pucuk tebu. Pencegahannya dengan menanamkan bibit yang sehat dan varietas yang resisten, bibit didesinfeksi dengan 0,5 gr b.a/tridiamefon.
d. Penyakit blendok: Tanda-tanda serangan penyakit yang disebabkan oleh sejenis bakteri ini yaitu apabila batang dibelah tampak pembuluh-pembuluh berwarna kuning tua sampai merah tua. Usaha pencegahannya dengan desinfeksi pisau pemotong menggunakan lisol.
e. Penyakit pokahbung: Penyakit ini disebabkan oleh sejenis jamur dan terutama timbul di musim hujan. Tanda-tanda penyakit ini adalah pada daun muda terlihat memutih (chlorosis). Pada serangan yang parah, pucuk tanaman menjadi busuk, pembuluh tanaman menjadi busuk, pembuluh tanaman menjadi tidak normal bentuknya (bengkok dan luka). Pemberantasan untuk tanaman yang telah terserang dengan cara disemprot bubur Bordo 1% seminggu sekali.
3. Gangguan Gulma dan Penanggulangannya. Gangguan gulma dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar karena bisa menyebabkan penurunan bobot tebu. Pengendalian gulma disamping dengan cara menual ataupun kimiawi menggunakan herbisida, dapat pula dilakukan secara kultur teknis dengan menciptakan kondisi lingkungan yang dapat menekan pertumbuhan gulma atau dengan cara mekanis dengan pembajakan dan penggaruan. Keempat cara tersebut dalam pelaksanaannya dapat dilakukan secara terpadu. Usaha pengendalian gulma akan dapat memberikan hasil yang baik apabila pelaksanaannya tepat waktu, cara, alat, maupun dosis dan jenis herbisida yang digunakan. Ir. Amirudin Aidin Beng, MM., Penyuluh Pertanian
Sumber: Pedoman Budidaya Tanaman Tebu Lahan Sawah, Direktorat Budidaya Tanaman Semusim, Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian, 2006.
No comments:
Post a Comment